Wednesday, April 09, 2008

Seks, Kualitas VS Frekuensi (1)

dr. iwan setyawan

Seks ibarat bumbu dapur, pada takaran yang tepat membuat masakan menjadi sangat lezat, sehingga si penikmat sangat menikmati santapan, bahkan kalau dilakukan secara teratur bisa jadi masakan tersebut menyehatkan dan membahagiakan. Begitulah Seks.

Tapi kadang2 tidak setiap orang tahu bahwa seks bisa juga menjadi bencana dalam perkawinan, apabila dilakukan bukan pada takaran yang tepat, dilakukan terburu2 atau bukan pada saat yang pas.

Dalam hubungan seks, seseorang tidak hanya menyalurkan dorongan seks semata, akan tetapi juga bagaimana seks menjadikan pasangan lebih harmonis, bahagia, langgeng dan senantiasa nikmat. Sebenarnya seks yang indah tidak hanya berfungsi sebagai sarana reproduksi atau menghasilkan keturunan saja, tapi juga sebagai fungsi rekreasi, sebagai upaya mendapatkan kepuasan, kenyamanan dll. Jadi jika orang berfikir kalau seks hanya sebagai rutinitas, itu salah besar! Karena dengan melakukan hubungan seks secara teratur, konstan dan sama – sama mendapatkan kepuasan satu sama lain, seks efeknya sangat luar biasa!

Banyak yang bertanya kepada saya, berapa sebenarnya frekuensi seks yang normal, apakah setiap hari, apakah seminggu sekali, dua kali, atau sehari sampai beberapa kali? Tidak jarang pertanyaan ini muncul karena ada perbedaan frekuensi yang mencolok antara satu orang dengan orang yang lain, hal ini muncul dalam pembicaraan sehari2. Misalnya ketika seseorang bercerita bahwa dalam sehari dia bisa melakukan sampai dua tiga kali, sementara yang lain hanya bisa melakukan 2 minggu sekali.

Hal inilah yang sering memunculkan kecemasan pada pasangan suami istri. Beberapa pasangan muda, pengantin baru yang memang sedang menikmati hot2nya seks, didukung faktor usia yang relatif masih muda, dan tingginya hormon seks mereka, sering membuat frekuensi seks mereka meningkat secara tajam. Jangankan setiap hari melakukan seks, dalam sehari bisa saja mereka melakukan beberapa ronde hubungan seks sekaligus. Hal ini bisa dibilang masih sangat wajar, karena bagi mereka seks ibarat barang baru yang lagi seneng-senengnya jadi mainan.

Ada pengalaman seorang pasien yang mengatakan, mereka dalam sehari bisa sampai 10 ronde, sehingga untuk keluar kamar pun rasanya malas. Apalagi dalam masa2 cuti atau istilah kerennya bulan madu, sehingga sayang untuk melewatkan waktu seharipun!.

Namun seiring dengan waktu perjalanan pernikahan, frekuensi seks jadi sedikit menurun, misalnya sehari cukup sekali, atau mungkin sudah tidak perlu setiap hari. Sangat logis, karena mereka sudah tidak sedahsyat saat pengantin baru, seks bagi mereka sudah menjadi rutinitas, atau bisa jadi karena mereka sedang belajar bereksplorasi dengan posisi dan variasi2 seks yang baru.

Kalau ada yang mengatakan bahwa frekuensi hubungan seks akan berkurang seiring berjalannya usia, sangat tidak beralasan, karena seks sebenarnya adalah sebuah kesepakatan, bukan tradisi atau kebiasaan. Bisa jadi pasangan sangat menikmati seks pada frekuensi yang cukup tinggi karena mereka sama-sama mendapatkan kepuasan, bahkan seorang wanita bisa mencapai apa yang sering disebut sebagai ’multiple orgasme’.

Labels:

Wednesday, November 07, 2007

Minimnya Pengetahuan Seks

Tabloid “Seputar Semarang”

Figur : dr. Iwan Setiawan

(Konsultan Seks Remaja)



Isu seputar seks dikalangan mahasiswa memang selalu menarik untuk diikuti. Setelah dulu marak dengan adanya “ayam kampus”, kini juga muncul fenomena dimana mahasiswa ada kecenderungan yang hanya sekedar having seks.


“Saat ini ada kecenderungan seks bagi mereka bukan sekedar komoditi untuk mencari uang. Sekarang ini banyak dari mahasiswi atau remaja putri yang melakukan having seks hanya sekedar sebagai pemuasan. Mereka tidak membutuhkan imbalan, tetapi lebih kepada pemuasan semata.” kata dr. iwan, konsultan seks.


Menurut dokter muda yang aktif sebagai konsultan seks diberbagai radio dan tv ini mengatakan, pernah seorang cowok mengatakan kepadanya, bahwa cowok tersebut berani membayar berapa saja kepada seorang cewek. Namun si cewek malah menolaknya.


“Mereka lebih suka diajak makan malam bareng, nongkrong di kafe yang bergengsi, kemudian nonton di bioskop yang keren. Itu semua hanya sekedar demi life style saja.” ujar alumnus Undip 1998.


Dokter penyuka warna hijau ini menyatakan mereka berasal dari orang berada. Ditunjang kehidupan yang baik dan gizi yang juga baik, sehingga meningkatkan hormon seks.


Kasus lain, adalah longgarnya kehidupan mahasiswa di kos - kosan. Sekarang ini sudah jamak terjadi, semisal satu kamar itu dihuni oleh dua mahasiswa. Ada sebuah kesepakatan di antara keduanya, kalau mereka sedang having seks dengan pacarnya berarti di depan kamar kos nya tersebut tidak ada sepatu, tapi dari dalam terdengar sebuah musik yang keras.


“Ini seperi sebuah kesepakatan. Dan mereka melakukannya secara bergantian.” kata dokter yang membuka klinik “curhat” ini.


Gejala ini menunjukkan moralitas remaja kini mulai menurun. Penyebabnya bermacam – maca. Seperti pendidikan orang tua yang kurang, kedekatan kepada anaknya yang semakin jauh.


“Kemudian juga, minimnya pengetahuan mereka tentang seks itu sendiri. Jadi mereka kurang paham tentang berbagai resiko, seperi penyakit kelamin, penyebaran virus HIV, serta kehamilan di luar nikah.” lanjut dokter gaul ini.


Antisipasinya, tutur dokter yang juga sering menerima pasien suami – istri ini, pendidikan keluarga harus lebih ditekankan. “Seperti pendidikan seks kan bisa dimulai dari mana saja. Seperti dari keluarga, guru, dan juga sekolah.. Makanya kurikulum tentang seks di sekolah sudah harus mulai dipikirkan.”


“Membentengi diri mereka juga menjadi lebih penting. Yaitu dengan ajaran moralitas. Tetapi, agama menjadi pegangan yang sangat penting.” pungkas dokter yang juga dapat dijumpai di www.dokteriwan.com ini.


Catatan :

Artikel diatas diambil dari Tabloid “Seputar Semarang” edisi 215, tanggal 6 Nov 2007. Tabloid “Seputar semarang” merupakan suplemen dari harian “Suara Merdeka”

Monday, October 15, 2007

Segenap Kru Blog dr. Iwan Bicara Seks
Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Monday, September 17, 2007

Kenangan dan Tips di Bulan Ramadhan


Jika memasuki bulan Ramadhan seperti ini saya selalu teringat pada masa kecil saya. Pada awalnya saya tidak menjalankan puasa sehari penuh, tetapi hanya setengah hari, beranjak ke ¾ hari dan akhirnya bisa menjalankannya satu hari penuh.

Ada kenangan – kenangan yang masih saya ingat betul, yaitu sekitar kelas 5 SD, dimana saat itu saya mencoba untuk bisa puasa 1 hari penuh. Tetapi saya lupa akan hal itu dan pada saat yang bersamaan ibu pulang dari pasar membawa makanan yang oleh beliau diletakkan di atas meja. Spontan saya makan makanan tersebut…hehehe sampai akhirnya pas saya ingat, ternyata saya sudah makan di tengah – tengah puasa. Tetap

i saya tetap melanjutkan puasa, karena menurut informasi yang saya terima dari ortu bahwa hal tersebut tidak akan membatalkan puasa kalau terjadi diluar kesadaran kita.

"... dr. Iwan di Imelda FM ..."

Menginjak dewasa, saya melihat bulan ramadhan sangat jauh berbeda dibandingkan dengan bulan – bulan yang lain. Dimana bulan puasa mempunyai keistimewaan bagi pemeluk agama Islam, seseorang bisa lebih memperdalam ibadahnya dan terutama bisa membuat orang dekat dengan Sang Pencipta, Tuhan YME, serta dapat mengendalikan nafsu yang tidak terkontrol dalam tubuhnya.


Dengan puasa, manusia juga mempunyai satu fase dalam hidupnya untuk berperilaku lebih baik lagi, sehingga bisa memperbaiki perilaku kita di bulan – bulan yang lain.


Selama bulan puasa ini, saya tidak mengurangi aktifitas. Bahkan tidak jarang permintaan untuk menjadi nara sumber pada acara – acara siaran atau diskusi malah bertambah. Tetapi biasanya waktu dan materinya disesuaikan, walaupun pada bulan puasa ini saya hanya memberikan informasi tentang seks dan bukan pelajaran tentang seks.


Jadi jangan sampai salah penafsiran bahwa informasi yang diberikan bisa menimbulkan dorongan seks pada seseorang, tidak!, karena yang saya berikan adalah informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi.

Saya akan berbagi tips agar tubuh selalu prima sekalipun harus tetap menjalankan aktifitas, yaitu : dengan tidur teratur antara 6 sampai 8 jam setiap harinya. Kemudian walaupun dibulan puasa, pola makan harus tetap dijaga dengan cara tetap makan sebanyak 3 kali sehari. Hal itu bisa dilakukan pada saat sahur, buka puasa dan selepas shalat tarawih.


Jika jadwal – jadwal seperti ini bisa dilakukan secara teratur, maka akan dapat menjaga stamina tubuh dengan baik. Sehingga walaupun kita sedang melakukan ibadah puasa dan kegiatan kita penuh, kita tetap bisa melakukannya dengan baik. Nah, Semoga berguna dan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. (dr. iwan)

Labels:

Thursday, August 16, 2007

Artikel Baru


Anda juga dapat membaca artikel baru dari dokter iwan di alamat blog : http://dokteriwanmenjawab.blogspot.com

Bagi anda pengguna Flexi, dukung blog tersebut untuk menjadi yang terfavorit dengan cara :
1. ketik : BLOG (sepasi) 30
2. kirim ke nomor sms 7004 biaya Rp. 500,-/ SMS
3. Batas waktu pengiriman s.d tgl 3 September '07

(di posting oleh Admin Blog)

Thursday, April 26, 2007

Sulit Hamil, Apakah Karena Tidak Cinta?


Dalam sesi konseling, ada pertanyaan dari seorang ibu. Pernikahannya merupakan hasil perjodohan dan memang sebelumnya dengan calon suami, ibu ini belum pernah kenal. Awalnya beliau mengaku tidak mencintai suaminya tetapi setelah menikah berusaha untuk belajar mencintai sang suami.

Setelah 1 tahun menikah pasangan ini belum juga mendapatkan keturunan, Nah… yang jadi pertanyaan adalah apakah ini karena efek psikologis tersebut? mengingat pasangan suami istri ini sama-sama sehat.

Sebelumnya, secara seksual dan secara medis kehamilan dapat terjadi karena adanya pertemuan dari sel telur dan sel sperma, jadi ini tidak ada hubungannya dengan masalah cinta. Banyak terjadi kasus2 hubungan seksual yang terjadi karena terpaksa, misalnya kasus perkosaan pun bisa terjadi kehamilan. Jadi prinsipnya seperti itu.

Dan apakah perasaan tidak cinta terhadap suami, bisa menyebabkan tidak terjadinya kehamilan? tidak seperti itu, justru yang sering terjadi pada pasangan suami istri yang belum saling mencintai atau dalam proses saling mencintai adalah ganguan dalam mengalami kepuasan seksual atau orgasm. Biasanya untuk istri yang tidak berusaha mencintai dan menerima pasangannya dengan baik, yang terjadi adalah kesulitan istri untuk mencapai orgasm dan inilah yang harus diatasi.

Untuk kasus diatas, langkah yang dilakukan oleh si ibu ini sudah tepat, dengan berusaha belajar mencintai suami, nanti pada saatnya si ibu akan bisa menerima hubungan seksual dengan baik dan akan mendapatkan kepuasan seksual.

Kalau misalnya sampai 1 tahun belum mempunyai keturunan, padahal kesuburan suami istri telah ada, kemungkinan yang terjadi adalah jadwal atau waktu dalam melakukan hubungan seksual tidak sesuai dengan jadwal siklus masa subur, sehingga menyebabkan kehamilan tidak terjadi atau selama ini sedang dalam proses memperbaiki secara psikologis.

Tetapi yang jelas ganguan kesulitan mengalami kehamilan, bisa juga disebabkan karena secara psikologis istri tidak mencintai suami, istri masih sulit menerima rangsangan seksual yang biasanya mengakibatkan sel telur tidak berkualitas sehingga pada saat hubungan seksual tidak bisa dibuahi secara baik.

Saran saya, sambil menunggu proses memperbaiki, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan kembali kesuburan suami dan istri. (dr.iwan)

Wednesday, April 25, 2007

Alamat baru blog dr. Iwan

Selain bisa diakses melalui http://dokteriwan.blogspot.com/ , sekarang blog dr. Iwan bisa diakses melalui www.dokteriwan.com dan www.dokteriwan.web.id. Semoga anda dapat semakin nyaman mengunjungi blog ini.
(admin)