Tuesday, November 14, 2006

Homoseksual… antara pilihan dan trend

Bisa diterima atau tidak, dalam kehidupan kita ada sekelompok orang yang memiliki orientasi seksual berbeda. Pada umumnya, manusia memiliki orientasi seksual terhadap lawan jenisnya. Seorang pria tertarik pada wanita, atau sebaliknya, wanita tertarik pada pria. Mereka jamak disebut sebagai kaum heteroseksual.

Namun, pada orang-orang tertentu orientasi seks macam itu tidak ada atau berkadar kecil. Mereka justru (lebih) tertarik pada orang-orang sejenis. Bila pria, mereka tertarik pada sesama kaum Adam. Umumnya mereka disebut gay. Sebaliknya, yang wanita tertarik pada sesama kaum Hawa. Wanita dengan orientasi seks seperti ini disebut lesbian.

Gay dan Lesbian inilah yang kemudian dikelompokkan dalam kaum homoseks. Data statistik menunjukkan 8 – 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu ierlibat pengalaman homoseksual. Dari jumlah ini, sebagian dalam jumlah bermakna terus melakukannya. Mereka oleh psikiater disebut homoseks laten.

Kadar Homoseksualitas ber-gradasi.
Perilaku homoseksual dapat bermanifestasi sebagai pola preferensi pasangan erotik (pembangkit libido) yang tidak pemah mengenal atau merasakan bangkitan erotik oleh pasangan berjenis kelamin lain. Semua minat afeksi (alam perasaan) dan genital (daerah erotik) tertuju pada pasangan sejenis kelamin. Perilaku macam ini dikenal sebagai homoseksual overt atau eksklusif. Pelakunya sadar akan nafsu homoseksual-nya dan tidak berusaha menutupinya.
Di antara homoseksual eksklusif (homoseksual sejati) dan heteroseksual eksklusif (heteroseksual sejati) terdapat homoseksual dan hetroseksual dengan kadar berbeda. Seorang heteroseksual sejati tertarik dan terangsang hanya terhadap lawan jenis. Namun, adapula heteroseks yangjuga tertarik pada sesama jenis, hanya saja kadar ketertarikannya sangat kecil sehingga hampir tak berarti. Seorang wanita heteroseks misalnya mungkin saja mengagumi wanita seksi, Atau, pria heteroseks mungkin pula mengagumi pria lain yang berotot. Namun, bila seseorang mempunyai rasa kagum, tertarik dan terangsang terhadap sesama jenis jauh lebih dominan, dia sudah dapat disebut homoseks.

Berdasarkan skala Kinsey, skala orientasi seksual itu ber-gradasi sebagai berikut:

1. heteroseksual eksklusif
2. heteroseksual predominan (lebih menonjol), homoseksual-nya cuma kadang kadang
3. heteroseksual perdominan, homoseksual-nya lebih dari kadang-kadang.
4. heteroseksual dan homoseksual seimbang (biseksual)
5. homoseksual perdominan, heteroseksual-nya lebih dari kadang-kadang
6. homoseksual predominan, heteroseksual-nya cuma kadang-kadang
7. homoseksual eksklusif

Dari skala tersebut, terlihat homoseksual mempunyai berbagai bentuk. Hal yang sama juga terjadi pada heteroseksual. Selain itu ada pula yang disebut biseksual. Namun, tidak mudah untuk mengetahui seseorang biseks atau tidak.

Seorang biseks sejati (melakukan hubungan seksual nyata baik dengan sesama jenis maupun dengan lain jenis dan menikmatinya).

Terkadang, ada seorang homoseksual melakukan hubungan hetroseksual untuk memperoleh keuntungan. Umpamanya terdorong perasaan berterima kasih atau kasihan. Atau, karena tidak tersedia pasangan sejenis kelamin.

Dari segi psikiatri, ada dua macam homoseksual, yakni: Homoseksual ego sintonik (sinkron dengan egonya) dan homoseksual ego distonik (tidak sinkron dengan egonya)
Seorang homoseks ego sintonik adalah seorang homoseks yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya.

Hasil penelitian beberapa ahli menunjukkan, orang-orang homoseksual ego sinlonik mampu mencapai status pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi sama tingginya dengan orang-orang yang bukan homoseksual. Bahkan kadang-kadang lebih tinggi.

Wanita homoseks (lesbian) dapat lebih mandiri, fleksibel, dominan, dapat mencukupi kebutuhannya sendiri, dan tenang. Kelompok homoseks ini (ego sintonik) juga TIDAK mengalami kecemasan dan kesulitan psikologis lebih banyak daripada para heteroseks. Pasalnya, mereka menerima dan tidak terganggu secara psikis dengan orientasi seksual mereka, sehingga mampu menjalankan fungsi sosial dan seksualnya secara efektif.

Sebaliknya, seorang Homoseks ego distonik adalah homoseks yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis, la senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis dan hal itu menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakannya. Secara terus terang ia menyatakan dorongan homoseksual-nya, menyebabkan dia merasa tidak disukai, cemas dan sedih.

Konflik psikis tersebut menyebabkan perasaan bersalah, kesepian, malu, cemas, dan depresi. Karenanya, homoseksual macam ini (ego distonik) dianggap sebagai gangguan psikoseksual. (bersambung…)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home