Monday, July 31, 2006

Konsultasi Seks : Sehatkah Kehidupan Seks Saya ?

Dear Dr. Iwan,
Kenalkan saya Eci, 32 tahun. Saya sudah menikah selama 4 tahun dengan pria pujaan saya (33) dan sudah memiliki seorang putri berusia 2,5 tahun. Dok, sebenarnya saat ini saya agak tertekan, tapi saya takut mengutarakan hal ini kepada suami saya karena takut menyinggung perasaannya.

Terus terang saat ini intensitas hubungan badan dengan suami bisa di bilang sangat jarang, bisa dibilang sudah tidak pernah lagi dalam 2 bulan terakhir. Waktu tahun pertama menikah sebenarnya tidak ada masalah secara frekuensi, 1-3 kali dalam seminggu. Tapi ketika saya positif hamil, kami benar-benar menghentikan aktifitas sex.. well sebenarnya saya keberatan, dan jelaskan pada suami kalau tidak ada masalah. sayang suami lebih memilih untuk "puasa" demi keselamatan sang janin. saya menurut saja dok, meskipun saya agak heran. masak dia nggak ada keinginan barang sedikit.

Setelah anak saya lahir, dan setelah bersih dari nifas, kurang lebih 2 bulan setelah melahirkan, kami melakukan aktifitas seksual untuk pertama kali.

Dok, saya sangat heran.. kenapa ya saya tidak bisa lagi menemukan "gairah" seperti yang saya rasakan sebelum hamil. Hubungan sex saya sangat garing, bahkan saya tidak mengalami orgasme sama sekali.. dan ternyata bukan cuma saya, tetapi juga suami.. pokoknya kita layu dulu sebelum puncak. Apakah melahirkan bisa merubah gairah seseorang?

Saya tidak pernah lagi melihat "kejantanan" dan "puncak kenikmatan" yang dulu biasa saya rasakan.

Dok,.. karena hal ini, lambat laun intensitas hubungan sex dengan suami makin berkurang.
Saya sendiri juga bingung dok.. kata orang sex merupakan kebutuhan primer dalam perkawinan.. kenapa kita tidak ya dok.. kenapa saya dan suami seperti kehilangan gairah. Tolong saya dok.. apa yang harus saya dan suami lakukan untuk mengembalikan semua. Saya benar-benar mencintai suami saya dan saya takut dia "jajan" karena tidak mendapatkan kepuasan dari saya.
Please dok... help me
Best regards, Eci (via email)

Jawaban :
Ibu Eci, sebenarnya apa yang ibu alami banyak juga dialami oleh pasangan2 yang lain, terutama saat setelah melahirkan. Tapi paling tidak ibu eci harus melihat beberapa faktor yang mempengaruhi.



Perlu diketahui, seks adalah sesuatu yang sangat naluriah, dan semua manusia akan melewatinya. Tapi seks juga sangat berkaitan dengan lingkungan, norma masyarakat, faktor psikologis maupun fisik seseorang. Artinya dorongan seks bisa berubah setiap saat. Ibu eci selama hamil tidak melakukan hubungan seks(walaupun tidak ada dokter yang melarang), kemudian suami juga selama itu tidak melakukan aktifitas seks sama sekali(barangkali onani...?!) nah, hal2 inilah yang kemudian berpengaruh saat ibu memasuki masa2 aman berhubungan seks. Seharusnya begitu seorang wanita melewati masa nifas, hubungan seks sudah boleh dilakukan, tapi tentunya dengan frekuensi dan kekuatan yang tidak sekuat sebelum hamil. Karena masih dalam proses penyesuaian, kadang masih sering muncul ketakutan, cemas kalau tiba2 berdarah, atau takut kalau vagina robek, seringkali akan sedikit mengurangi kenikmatan berhubungan seks, bahkan tidak jarang justru memunculkan rasa sakit(dispareuni).

Hal ini wajar, dan banyak dialami oleh sebagian pasangan, dan dengan komunikasi yang baik antara suami istri, atau dengan proses konseling dengan seorang ahli, disamping keyakinan diri untuk menghilangkan kecemasan, biasanya lambat laun kenikmatan seks pun akan segera muncul.

Demikian juga suami ibu, selama 9 bulan puasa, sebenarnya suami sedang berusaha menahan diri, menahan dorongan seks, sehingga ketika selesai nifas, suami mulai belajar beradaptasi. Tapi sayangnya, ketidakpuasan yang ibu alami, juga keloyoan yang dialami suami tidak kunjung dibicarakan, sehingga jadi 'api dalam sekam' tidak ada proses penyelesaian, inilah yang kemudian berkembang sampai bertahun2. Jadi untuk ibu eci, memang tidak mudah untuk berbicara seks, sekalipun dengan suami, tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, terus kapan lagi? Bukan hanya masalah suami yang nanti akan jajan, atau berselingkuh, tapi lebih dari itu, yang namanya gairah seksual bisa hilang sama sekali karena frekuensi yang semakin menurun, bahkan karena tidak kunjung ketemu solusi.

Kalau yang begini, jelas sangat berbahaya!! Untuk itulah, saya anjurkan untuk memulai komuknikasi (seks) antara suami istri dengan baik, kalau perlu cari konsultan seks di tempat terdekat, atau ibu bisa dengan banyak belajar, membaca, atau mencari variasi2 hubungan seks, seperti lewat internet, buku2 seks dll. Silakan dicoba! (dr. iwan)



2 Comments:

At 10:26 PM, Blogger Unknown said...

Dokter, bisa bertanya di kolom ini?
Sy pria yg terlambat menikah. Mksdnya sy bru menikah diusia 42th. Itupun dijodohkan dg gadis berusia 19th. Selama 3 th Pernikahan kami baik2 sj bahkan sdh dikaruniai 1 anak dan saat ini istri sdg hamil 7bln. Sy khawatir dok... Nafsu sex istri sy meningkat pdhl dia sedang hamil. Kata dokter kandungan tdk ada mslh asal pelan pelan. Namun, dari sy kan sdh menurun libidonya. Tp sy ingin memberikan kepuasan kepd istri. Setiap malam istri selalu ingin berhub sex krn tdk bs tdr. Sehg sy minum obt kuat agr bs memberikan kepuasan. Untuk posisi sex selalu istri diatas.
Ada saran dari dokter buat sy agr vitalitas sy meningkat dok?
Sy sangat mencintai istri dan tdk ingin istri lari dari sy.
Terimakasih dokter.

 
At 10:31 PM, Blogger Unknown said...

Oh ya dokter, istri sy hanya IRT dan bukan sosialita. Bingung jg sy menjelaskan kpd istri sy. Dia suka sekali dioral sampai orgasme. Pdhl yg sy tau itu berbhaya. Kalau tdk dituruti, dia ngambek. Demi menjaga keharmonisan, sy ikuti sj keinginan istri.
Bagaimana menurut dokter?
Maaf dok. Sy benar benat bingung.

 

Post a Comment

<< Home