Wednesday, November 22, 2006

Mitos Keperawanan, bener gak sih?

Saya sering mendengar mitos dikalangan para remaja bahwa seorang wanita yang sudah tidak perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya seperti pantat yang turun, payudara yang mengendur, atau cara berjalan yang lurus. Pertanyaannya apakah mitos tersebut memang sepenuhnya benar? dan pertanyaan berikutnya yang sering saya jumpai juga adalah, apakah pendarahan yang dialami pada saat malam pertama oleh seorang gadis merupakan suatu tanda telah pecah selaput daranya? Lantas bagaimana jika tidak terjadi pendarahan? Apakah sang gadis perlu dipertanyakan keperawanannya?
Mitos sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang berasal dari budaya-budaya di lingkungan dimana pemahaman tersebut sebenarnya keliru tetapi karena dipercaya oleh sebagian masyarakat sehingga menjadi seolah – olah benar, begitu juga dengan mitos keperawanan. Selama ini masyarakat berpendapat bahwa keperawanan seseorang akan hilang ketika terjadi suatu aktivitas seksual berupa hubungan seksual dimana akan menyababkan pecahnya selaput dara, padahal selaput dara seorang wanita kondisinya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada wanita yang memiliki selaput dara yang tipis sehingga apabila melakukan hubungan seksual akan lebih mudah pecah tetapi ada pula wanita yang memiliki selaput dara yang kuat sehingga akan tidak mudah pecah. Pecahnya selaput dara juga tidak harus melalui hubungan seksual saja, bisa juga melalui aktifitas olahraga, benturan, senam dan sebagainya.
Bentuk selaput dara yang dimiliki oleh satu wanita dengan wanita yang lainnya juga tidak sama. Jika ia memiliki selaput dara yang kaya akan pembuluh darah, otomatis jika selaput dara itu pecah akan terjadi pendarahan yang cukup banyak. Sebaliknya jika selaput dara tersebut tidak memiliki pembuluh darah otomatis ketika pecah juga tidak menimbulkan pendarahan. Jadi pendarahan pada saat hubungan seksual tidak bisa dijadikan tolak ukur menilai keperawanan seorang wanita, justru pendarahan bisa saja terjadi karena pengencangan atau ketegangan pada vagina yang sering disebut sebagai kelainan vaginimus pada saat hubungan seksual dan jika selama melakukan hubungan seksual tidak menimbulkan ketegangan pada vagina tetapi dapat menikmatinya bersama maka kemungkinan terjadi pendarahan sangat kecil bahkan tidak ada. So.. jangan heran jika ada wanita yang telah berulangkali melakukan hubungan seksual namun sama sekali tidak pernah mengalami pendarahan sama sekali.
Kemudian tanda-tanda fisik berupa perubahan bentuk payudara, pantat, dan cara berjalan lurus yang dianggap sebagai tanda wanita sudah tidak perawan juga tidak bisa dibuktikan secara ilmiah,oleh karena perubahan diatas bisa terjadi apabila seorang wanita telah mengalami kehamilan dan persalinan. Sehingga kalau hanya melalui hubungan seks saja ciri-ciri fisik tersebut tidak dapat dijadikan suatu tanda bahwa wanita tersebut sudah tidak perawan.
Pesan saya terhadap para remaja putri, selama bisa menjaga diri dari pergaulan seks bebas serta menjaga cara perpacaran yang sehat maka tidak perlu khawatir akan masalah keperawanan. Ingatlah bahwa wanita ibarat telur diujung tanduk. Keperawanan adalah harta yang paling berharga bagi seorang wanita jadi harus dijaga sampai ke pelaminan, karena selaput dara yang sudah pecah tidak mungkin dapat dikembalikan secara utuh seperti sediakala. Sekali pecah tetap pecah, kalaupun dapat diperbaiki melalui jalan operasi dengan selaput dara palsu dan pembuluh darah tiruan namun tetaplah tidak akan pernah seutuh seperti sedia kala dan yang lebih tahu tentang keperawanan seorang wanita adalah wanita yang bersangkutan itu sendiri. Sedangkan pemahaman masyarakat khususnya kaum pria yang dapat menilai keperawanan seorang wanita melalui ciri – ciri fisiknya adalah suatu asumsi semata. (dr. iwan)

Monday, November 20, 2006

Konsekstasi : Gimana ya.. cara dapet pacar yang masih perawan?

Halo dok...terimasih atas blog ini.Sekarang belum punya pacar dan ingin mencari pacar yang benar-benar masih perawan.Tapi menurut teman-teman saya susah mencari wanita yang masih perawan di jaman sekarang ini. Sebenarnya bukan pacar saja yang saya cari tapi teman hidup dan terus terang dok saya belum pernah merasakan berhubungan seks, itulah sebabnya saya menginginkan wanita yang masih menjaga keperawanannya.Saya ingin menanyakan adalah bisa tidak diketahui apakah dia masih perawan atau tidak melalui fisiknya?Kan nggak mungkin dok di tanyakan langsung...mana ada sih orang yang mau jujur. terimakasih dok atas jawabannya.
Wassalam - JJ via email
Jawaban:
Saya pengen nanya nich... sebenarnya yang anda cari wanita yang masih perawan dalam arti selaput daranya utuh atau wanita yang perilakunya baik, tidak pernah melakukan aktifitas seksual pra nikah? Hal ini penting saya tanyakan, mengingat banyak sekali kaum pria yang terjebak pengertian perawan hanya sebatas utuh tidaknya selaput dara seorang wanita.
Padahal perilaku seseorang tidak bisa diukur hanya dengan utuh tidaknya selaput dara, mengingat begitu banyak wanita yang sudah tidak utuh selaput daranya padahal belum pernah melakukan aktifitas seksual, hanya karena aktifitas olah raga yang membuat selaput dara yang sangat tipis menjadi pecah. Atau sebaliknya banyak sekali wanita yang dilihat dari selaput daranya mungkin belum terkoyak, padahal semua jenis perilaku seks sudah dilewati dengan sukses... apakah seperti ini yang anda cari? Akhirnya memang kita sampai pada kesimpulan, tidak ada yang bisa menjamin seseorang masih perawan hanya dari penampilannya secara fisik. Itulah pentingnya proses pacaran, dimana dengan komunikasi yang baik (asertif) lebih memungkinkan pasangan bisa saling mengetahui pengalaman bercintanya, termasuk status keperawanan dan keperjakaannya. Memang kita tidak mungkin berkata jujur, termasuk para pria dan siapapun pasti akan melakukan hal yang sama jika ingin aman. Dibutuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi dan kejujuran dengan pasangan, dan kalau kita berfikir seperti itu, niscaya tidak ada lagi mitos2 yang tidak benar tentang keperawanan yang perlu kita percaya. Di dunia ini tidak ada yang sempuma, tapi kita bisa mengubah ketidaksempurnaan itu menjadi titik kebahagiaan bagi kelanggengan hubungan rumah tangga kita! Semoga! (dr. iwan)

Friday, November 17, 2006

Homoseksual… Antara Pilihan dan Trend (Habis)


Seorang homoseks adalah manusia biasa seperti kaum heteroseks

Homoseksual bukanlah penyakit, atau ada yang mungkin menyebutnya sebagai "produk salah dan gagal". Homoseksual hanyalah salah satu bentuk orientasi seksual seseorang.
Dalam rubrik Curliat situs GN Online dikatakan "Yang pasti, menjadi gay-lesbian bukan suatu 'mimpi buruk' dan menjadi gay-lesbian juga bukan kesalalian siapa-siapa. Gay-lesbian hanyalah masalah orientasi seksual, sedangkan dalam kehidupan, kita tetap manusia yang bisa berpikir, berkarya, dan berprestasi seperti manusia-manusia lain.”

Faklor biologis dan lingkungan

Mengacu pada teori penyebab homoseksual, dr. Wimpie Pangkahila menyebutkan ada empat kemungkinan penyebab homoseksual. Perlama, faktor biologis, yakni ada kelainan di otak atau genetik. Kedua, faktor psikodinamik, yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak. Ketiga, faktor sosiokultural, yakni adat-istiadat yang memperlakukan hubungan homoseks dengan alasan tertentu yang tidak benar. Keempat, faktor lingkungan, yaitu keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat.

Sementara, menurut Budi, aktivis Gaya Nusantara, ada dua hal yang menyebabkan orang menjadi gay. Pertama, faktor bawaan atau gen, yaitu adanya ketidakseimbangan jumlah hormon pada diri seseorang sejak lahir dan jumlah hormon wanita cenderung lebih besar daripada laki-laki. Hal ini dapat berpengaruh pada sifat dan perilaku si laki-laki tersebut. Jati diri kewanitaan biasanya lebih kuat, sehingga mereka cenderung berperilaku feminin dan selalu tertarik terhadap aktivitas yang dilakukan wanita.

Kedua, faktor lingkungan, yaitu komunitasnya lebih sering bertemu dengan laki-laki dan amat jarang bertemu dengan wanita. Selain itu, ada juga dari mereka yang terlibat dalam kehidupan gay semata-mata karena gaya hidup dan materi. Biasanya mereka berawal dari coba-coba untuk berhubungan dengan sesama jenis dengan imbalan uang. Jenis gay ini bisa hilang bila mereka telah menemukan pasangan hidup wanita. Atau, mereka keluar akibat terkena penyakit kelamin dan juga, gay tersebut dapat kembali sebagai lelaki sepenuhnya bila punya komitmen kuat untuk menjauhi kehidupan gay.

Seorang gay atau lesbian bisa sukses di profesi masing-masing yang digelutinya. Ada yang menjadi seniman, penyiar televisi, dosen, dokter, pengusaha, ataupun menteri. Bahkan ada kecenderungan perilaku homoseksual sudah bukan lagi sebuah aib, sebaliknya banyak yang kemudian muncul sebuah trend, akibat banyaknya artis yang secara eksplisist menunjukkan kehomoseksualan mereka. Ada juga yang mengatakan homoseksual sebagai sebuah pilihan. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Its your choise!! (dr.iwan)

Wednesday, November 15, 2006

Konsultasi Seks : Berbahayakah Ibu muda melakukan Oral Seks?

Haloo Dokter, saya ibu rumah tangga berusia 24 tahun dan belum dikaruniai anak. Dalam kehidupan seks, saya bersama suami kadang melakukan Oral Sex, dalam artian penis suami masuk ke mulut saya sampai suami mengalami orgasme. Yang menjadi pertanyaan saya adalah:

a) Apakah sperma yang tertelan berbahaya untuk kesehatan saya ?
b) Bagi ibu hamil yang melakukan Oral Sex, berbahayakah sperma yang tertelan bagi bayinya ?
c) Apakah melakukan Oral Sex adalah normal ?

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih untuk perhatian dan jawaban Dokter atas pertanyaan saya.

Jawaban:

Oral seks merupakan salah satu variasi seks yang banyak dilakukan oleh pasangan suami istri untuk mengatasi kejenuhan dalam melakukan hubungan seks yang wajar dengan posisi penetrasi pada vagina. Beberapa pasangan justru melakukan secara teratur, misalnya pada saat istri sedang menstruasi, saat istri sedang kehilangan mood seksual, atau ketika suami mengalami kelelahan akibat aktifitas flsik, seringkali seks oral menjadi salah satu jalan keluar. Its okey!


Sebagai bagian dari variasi seks memang tidak menjadi sebuah keharusan, karena toh masih banyak juga seorang istri yang merasa kurang nyaman, jijik atau malas melakukan variasi ini, apakah dilakukan suami pada vagina istri, sebaliknya mulut istri dengan penis suami. Hal ini sangat tergantung sekali dengan pengalaman seks pasangan atau pemahaman tentang seks. Pada seks oral yang dilakukan istri pada penis suami, memang terkadang sering berakhir pada ejakulasi di dalam mulut, sehingga tanpa sadar bisa saja sperma tertelan oleh istri.

Hal ini bukan termasuk sesuatu yang berbahaya, karena sperma merupakan salah satu produk organ seks pria (testis) yang berada dalam kondisi yang sangat bersih, steril, selama pasangan tidak sedang terinfeksi penyakit kelamin. Beberapa ahli justru sering mengatakan kalau di dalam sperma terkandung sejumlah protein yang baik, yang ketika masuk ke dalam tubuh akan berinteraksi dengan protein tubuh yang lain. Jadi saya kira tidak ada masalah, sehingga selama masih bisa dinikmati kedua pasangan... kenapa takut??? Termasuk juga ketika seks oral dilakukan pada saat istri sedang hamil pun gpp, asalkan seperti yang saya ungkap di depan, kondisi organ reproduksi pria dan wanita dalam keadaan sehat!

Normal dan tidak normal, tidak bisa dijadikan sebuah patokan, karena hal ini tergantung norma masyarakat sekitar. Tapi menurut hemat saya, selama dilakukan oleh pasangan suami istri yang sama2 sehat, kenapa takut? (dr.iwan)

Tuesday, November 14, 2006

Homoseksual… antara pilihan dan trend

Bisa diterima atau tidak, dalam kehidupan kita ada sekelompok orang yang memiliki orientasi seksual berbeda. Pada umumnya, manusia memiliki orientasi seksual terhadap lawan jenisnya. Seorang pria tertarik pada wanita, atau sebaliknya, wanita tertarik pada pria. Mereka jamak disebut sebagai kaum heteroseksual.

Namun, pada orang-orang tertentu orientasi seks macam itu tidak ada atau berkadar kecil. Mereka justru (lebih) tertarik pada orang-orang sejenis. Bila pria, mereka tertarik pada sesama kaum Adam. Umumnya mereka disebut gay. Sebaliknya, yang wanita tertarik pada sesama kaum Hawa. Wanita dengan orientasi seks seperti ini disebut lesbian.

Gay dan Lesbian inilah yang kemudian dikelompokkan dalam kaum homoseks. Data statistik menunjukkan 8 – 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu ierlibat pengalaman homoseksual. Dari jumlah ini, sebagian dalam jumlah bermakna terus melakukannya. Mereka oleh psikiater disebut homoseks laten.

Kadar Homoseksualitas ber-gradasi.
Perilaku homoseksual dapat bermanifestasi sebagai pola preferensi pasangan erotik (pembangkit libido) yang tidak pemah mengenal atau merasakan bangkitan erotik oleh pasangan berjenis kelamin lain. Semua minat afeksi (alam perasaan) dan genital (daerah erotik) tertuju pada pasangan sejenis kelamin. Perilaku macam ini dikenal sebagai homoseksual overt atau eksklusif. Pelakunya sadar akan nafsu homoseksual-nya dan tidak berusaha menutupinya.
Di antara homoseksual eksklusif (homoseksual sejati) dan heteroseksual eksklusif (heteroseksual sejati) terdapat homoseksual dan hetroseksual dengan kadar berbeda. Seorang heteroseksual sejati tertarik dan terangsang hanya terhadap lawan jenis. Namun, adapula heteroseks yangjuga tertarik pada sesama jenis, hanya saja kadar ketertarikannya sangat kecil sehingga hampir tak berarti. Seorang wanita heteroseks misalnya mungkin saja mengagumi wanita seksi, Atau, pria heteroseks mungkin pula mengagumi pria lain yang berotot. Namun, bila seseorang mempunyai rasa kagum, tertarik dan terangsang terhadap sesama jenis jauh lebih dominan, dia sudah dapat disebut homoseks.

Berdasarkan skala Kinsey, skala orientasi seksual itu ber-gradasi sebagai berikut:

1. heteroseksual eksklusif
2. heteroseksual predominan (lebih menonjol), homoseksual-nya cuma kadang kadang
3. heteroseksual perdominan, homoseksual-nya lebih dari kadang-kadang.
4. heteroseksual dan homoseksual seimbang (biseksual)
5. homoseksual perdominan, heteroseksual-nya lebih dari kadang-kadang
6. homoseksual predominan, heteroseksual-nya cuma kadang-kadang
7. homoseksual eksklusif

Dari skala tersebut, terlihat homoseksual mempunyai berbagai bentuk. Hal yang sama juga terjadi pada heteroseksual. Selain itu ada pula yang disebut biseksual. Namun, tidak mudah untuk mengetahui seseorang biseks atau tidak.

Seorang biseks sejati (melakukan hubungan seksual nyata baik dengan sesama jenis maupun dengan lain jenis dan menikmatinya).

Terkadang, ada seorang homoseksual melakukan hubungan hetroseksual untuk memperoleh keuntungan. Umpamanya terdorong perasaan berterima kasih atau kasihan. Atau, karena tidak tersedia pasangan sejenis kelamin.

Dari segi psikiatri, ada dua macam homoseksual, yakni: Homoseksual ego sintonik (sinkron dengan egonya) dan homoseksual ego distonik (tidak sinkron dengan egonya)
Seorang homoseks ego sintonik adalah seorang homoseks yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya.

Hasil penelitian beberapa ahli menunjukkan, orang-orang homoseksual ego sinlonik mampu mencapai status pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi sama tingginya dengan orang-orang yang bukan homoseksual. Bahkan kadang-kadang lebih tinggi.

Wanita homoseks (lesbian) dapat lebih mandiri, fleksibel, dominan, dapat mencukupi kebutuhannya sendiri, dan tenang. Kelompok homoseks ini (ego sintonik) juga TIDAK mengalami kecemasan dan kesulitan psikologis lebih banyak daripada para heteroseks. Pasalnya, mereka menerima dan tidak terganggu secara psikis dengan orientasi seksual mereka, sehingga mampu menjalankan fungsi sosial dan seksualnya secara efektif.

Sebaliknya, seorang Homoseks ego distonik adalah homoseks yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis, la senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis dan hal itu menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakannya. Secara terus terang ia menyatakan dorongan homoseksual-nya, menyebabkan dia merasa tidak disukai, cemas dan sedih.

Konflik psikis tersebut menyebabkan perasaan bersalah, kesepian, malu, cemas, dan depresi. Karenanya, homoseksual macam ini (ego distonik) dianggap sebagai gangguan psikoseksual. (bersambung…)

Pentingnya Bicara Seks Bareng Ortu

Saat ini Bicara Seks masih dianggap tabu sama orang-orang di sekitar kita, termasuk orang tua kita. Padahal, kita perlu banget informasi ini. Jadi, kita perlu ngobrol masalah seks dengan orang yang tepat yaitu ortu salah satunya. Remaja sangat membutuhkan informasi tentang seks. Hal ini disebabkan karena hormon seksualnya mulai aktif, yang salah satu akibatnya adalah menimbulkan dorongan seksual dalam diri. Dorongan seksual pada usia remaja ini sangatlah besar dan terasa meledak-ledak. Bagi mereka, hal ini terasa aneh, karena kita enggak sadar dengan apa yang terjadi. Makanya kita sebagai remaja sering cari informasi soal seks. Masalahnya, sumber informasi yang kita dapat tingkat kebenarannya masih payah.

Selama ini kita memperoleh pendidikan dari tiga unsur, yaitu ortu, sekolah, dan lingkungan sekitar. Padahal, di sekolah sampai sekarang ini belum ada mata pelajaran yang mengajarkan masalah seksualitas secara khusus. Sedangkan ortu dan masyarakat menganggap membicarakan masalah seks merupakan suatu hal yang tabu.
Arti seks

Sebenarnya, kata seks berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Tetapi, dalam masyarakat kita, kata seks selalu diidentikkan dengan hubungan seksual dan hal-hal yang negatif lainnya. Akibatnya, masyarakat di Indonesia menganggap semua hal yang berkaitan dengan seks adalah hal yang tabu dan tidak pantas dibicarakan secara terbuka. Padahal, jika kita mau menelusuri lebih jauh, sebenarnya masalah seks sangat luas sekali dimensinya. Dalam hal ini, jika berbicara masalah seks, seksualitas, maka kita sebenarnya tidak hanya membicarakan masalah hubungan seksual dan hal-hal yang negatif seperti anggapan masyarakat selama ini. Sebenarnya kalau kita Bicara Seks artinya kita membicarakan tentang kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seksual, orientasi seks, dan lain-lain.

Dari gambaran yang tersebut di atas, dapat dipahami dan disadari bahwa pendidikan seks sangat kita perlukan. Oleh karena itu, sebagai pelaku pendidik yang utama, orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan seksualitas ini secara tepat kepada anaknya sejak dini. Pendidikan seksualitas sejak dini diharapkan dapat mencegah perilaku seks yang negatif. Remaja bukanlah anak kecil lagi yang enggak tahu apa-apa, mereka cenderung cerdas, dan sudah dapat berpikir secara rasional. Tetapi, perlu disadari bahwa remaja juga punya sifat-sifat tertentu, yaitu antara lain mudah terpengaruh lingkungan, suka menentang orangtua, lebih dekat dengan teman sebaya, selalu ingin mencoba hal-hal yang baru, emosional, suka menjadi pusat perhatian, dan macam-macam lagi deh...

Sejak dini
Di negara-negara maju, pendidikan kesehatan reproduksi telah diberikan sejak dini ketika masih anak-anak sebelum masa pubertas. Di negara maju, seorang anak dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan informasi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena berasal dari sekolah, ortu mereka sendiri, maupun LSM yang peduli di bidang ini.

Berbeda dengan kondisi remaja di lingkungan kita, pengetahuan kesehatan reproduksi kita masih sangat kurang dan akses untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi masih sulit atau terbatas. Oleh karena itu, ortu harus mulai berkomunikasi tentang masalah kesehatan reproduksi ini dengan anak remajanya sehingga dapat memberikan penjelasan secara tepat sehingga si anak dapat mengerti dan menerima informasi tersebut dengan baik. Dengan komunikasi yang baik diharapkan dapat mengatasi semua permasalahan kita, khususnya masalah seksualitas. Sebagai contoh yang menarik, kita bisa melihat film American Pie. Dalam film ini ditunjukkan liku-liku seksualitas remaja-remaja di Amerika dan contoh figur orangtua yang mau terbuka untuk masalah kesehatan reproduksi dengan anaknya. Meskipun sudah cukup lama, film ini agaknya masih menarik untuk ditonton ortu kita dan bisa sebagai pelajaran.

Pendidikan seks tak periu kurikulum khusus
Pendidikan seks meski penting diberikan kepada peserta didik tingkat SMP dan SMU, namun menurut saya tidak perlu dijadikan kurikulum khusus. Pendidikan seks cukup diintegrasikan dengan mata pelajaran lain. Pendidikan seks memang perlu diberikan pada anak sekolah mulai SMP tetapi materinya cukup diintegrasikan dengan mata pelajaran biologi dan agama. Dikhawatirkan kalau dijadikan mata pelajaran khusus malah akan salah kaprah, selain tidak mudah dalam penyusunan kurikulumnya. (dr. iwan)